Sunday, June 3, 2012

Raden Saleh di Galeri Nasional


Raden Saleh, nama maestro pelukis Indonesia yang kesohor di abad 19 di Eropa hadir di Galeri Nasional. Nama Raden Saleh terkenal sebagai pelukis yang besar dan matang di Eropa sebagai aset kesenian Indonesia. Mulai tanggal 3 sampai 17 Juni 2012, karya-karya beliau dipajang dan bisa disaksikan langsung di Galeri Nasional.

Pameran kali ini jelas sangat istimewa. Galeri Nasional dirombak sedemikian rupa untuk membangun suasana pameran yang sangat berkelas. Kehadiran lukisan Raden Saleh sebagai koleksi-koleksi pribadi pun sungguh sangat mengagumkan. Bagi penikmat pameran lukisan sudah semestinya menikmati format pameran kali ini. 

Yang membuat gusar adalah, banyak pengunjung pameran yang masih awam, suasana galeri menjadi berisik dan gaduh. Pemandu pameran pun nampak kewalahan karena pengunjung seringkali liar tidak mengikuti alur galeri. Yang lebih mencemaskan, masih banyak pengunjung yang teledor memotret lukisan dengan blitz. Padahal larangan sudah berkali-kali diingatkan petugas.

Lukisan wanita Belanda yang ada di kanan foto di atas, terlihat miring. Hal tersebut dikarenakan banyak pengunjung yang ingin berfoto berdampingan dengan lukisan-lukisan masterpiece disana, mungkin mereka tidak sadar saat berfoto mereka malah bersandar ke bingkai lukisan yang akhirnya membuat karya tersebut bergeser. 

Lukisan-lukisan yang dipamerkan disini memang tidak diberi garis pembatas, pengunjung dapat mendekati lukisan hingga menyentuhnya. Hormati karya-karya ini dengan tidak menyentuhnya. Apalagi jika kita sadar bahwa lukisan-lukisan asli (bukan replika atau reproduksi) disini bernilai ratusan juta hingga milyar rupiah.

[]

Friday, June 1, 2012

Penduduk Kepulauan, Bukti Ramahnya Bangsa Maritim


Kepulauan Seribu, dapat diumpamakan sebagai sebuah miniatur Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain miniatur format kepulauan juga representasi sikap ramah dari sebuah bangsa maritim. Ada hal yang sangat khas sebagai ciri dari ramahnya penduduk di pesisir pantai, yaitu ketika ada kapal atau perahu yang sedang merapat, mereka sudah pasti akan siap menerima dengan tangan terbuka lemparan tali untuk menambatkan kapal.

Sikap terbuka dan percaya terhadap pendatang (orang baru) ini nampaknya sudah menjadi ciri manusia atau penduduk yang tinggal di tepi pantai. Sikap ini menjelaskan pula bahwa orang Indonesia sejak dulu sudah tertanam sikap ramah dengan pendatang.

Mungkinkah karakter ramah dan mudah guyub ini menjadi dasar mengapa social media begitu mudah penetrasinya di Indonesia?

[]